Analisis Unsur Balaghah dan Sosiologi Sastra dari Syair Al-Imam Asy-Syafi’i

 

ما في المَقامِ لِذي عَقلٍ وَذي أَدَبِ

 

مِن راحَةٍ فَدَعِ الأَوطانَ وَاِغتَرِبِ

ما في المَقامِ لِذي عَقلٍ وَذي أَدَبِ

1.

 

 

 

وَاِنصَب فَإِنَّ لَذيذَ العَيشِ في النَصَبِ

سافِر تَجِد عِوَضاً عَمَّن تُفارِقُهُ

2.

 

 

 

إن ساحَ طابَ وَإِن لَم يَجرِ لَم يَطِبِ

إِنّي رَأَيتُ وُقوفَ الماءِ يُفسِدُهُ

3.

 

 

 

وَالسَهمُ لَولا فِراقُ القَوسِ لَم يُصِبِ

وَالأُسدُ لَولا فِراقُ الأَرضِ مااِفتَرَسَت

4.

 

 

 

لمَلَّها الناسُ مِن عُجمٍ وَمِن عَرَبِ

وَالشَمسُ لَو وَقَفَت في الفُلكِ دائِمَةً

5.

 

 

 

وَالعودُ في أَرضِهِ نَوعٌ مِنَ الحَطَبِ

وَالتِبرُ كَالتُربِ مُلقىً في أَماكِنِهِ

6.

 

 

 

وَإِن تَغَرَّبَ ذاكَ عَزَّ كَالذَهَبِ

فَإِن تَغَرَّبَ هَذا عَزَّ مَطلَبُهُ

7.

 

 

 

 artinya:

1.       “Berdiam diri saja di tempat mukim, sejatinya bukanlah peristirahatan bagi mereka pemilik akal dan adab, maka tinggalkan negerimu dan merantaulah (demi menuntut ilmu dan kemuliaan).

2.       “Berkelanalah, niscaya kan kau temukan pengganti orang-orang yang kau tinggalkan. Bersungguh-sungguh lah dalam usaha dan upaya, karena sesungguhnya kelezatan hidup itu ada pada kesungguhan dalam usaha dan upaya.

3.       “Sungguh aku melihat, diamnya air hanya akan merusaknya. Jika saja air tersebut mengalir, tentu ia akan terasa lezat menyegarkan. Berbeda jika ia tidak mengalir.

4.       “Dan sekawanan singa, andai tidak meninggalkan sarangnya, tidak akan terlatih lagi kebuasannya. Dan anak panah andai tidak melesat meninggalkan busurnya, maka jangan pernah bermimpi akan mengenai sasaran.

5.       Dan sang surya, andai selalu terpaku di ufuk, niscaya manusia akan mencelanya, baik bangsa arab, dan selain mereka.

6.       Dan bijih emas yang terkubur di bebatuan, hanyalah sebongkah batu tak bernilai, yang terbengkalai di tempat asalnya. Demikian halnya dengan gaharu di belantara hutan, hanya sebatang kayu, sama seperti kayu biasa lainnya.

7.       Andai saja gaharu tersebut keluar dari belantara hutan, ia adalah parfum yang bernilai tinggi. Dan andaikata bijih itu keluar dari tempatnya, ia akan menjadi emas yang sangat berharga.

Foto oleh Roxanne Shewchuk dari Pexels

Analisis Unsur Balaghah

·        ما في المَقامِ لِذي عَقلٍ وَذي أَدَبِ مِن راحَةٍ

“Tidak ada tempat istirahat bagi orang yang memiliki akal dan adab”

Kalimat tersebut merupakan kalamul khobar (كلام للخبر - الحث على السعي و الجد), yang berisi motivasi untuk bersungguh-sungguh. Maksudnya, memotivasi orang-orang terpelajar untuk tidak bersantai-santai.

·        فَدَعِ الأَوطانَ وَاِغتَرِبِ

“tinggalkan negerimu dan merantaulah”

Kalimat tersebut merupakan kalamul insyaa - fi`il amr (كلام الإنشاء - فعل الأمر - الإرشاد), yang berisi kata perintah yang memberikan petunjuk. Yaitu, menunjukan kepada orang-orang tadi untuk meninggalkan negerinya dan merantau.

·        سافِر تَجِد عِوَضاً عَمَّن تُفارِقُهُ

“pergilah, niscaya kau temukan pengganti orang-orang yang kau tinggalkan.”

Kalimat tersebut merupakan kalamul insyaa - fi`il amr (كلام الإنشاء - فعل الأمر - الإرشاد), yang berisi kata perintah yang memberikan petunjuk. Yaitu, menunjukan kepada orang-orang tadi untuk merantau untuk bisa mendapat teman baru dan jangan takut meninggalkan teman sebelumnya.

·         فَإِنَّ لَذيذَ العَيشِ في النَصَبِ

“sesungguhnya kelezatan hidup itu ada pada kesungguhan”

Kalimat tersebut merupakan kalamul khobar (كلام للخبر - الحث على السعي و الجد), yang berisi motivasi untuk bersungguh-sungguh. Yaitu, kenikmatan itu hanya dapat diraih dengan kesungguh-sungguhan.

·         إِنّي رَأَيتُ وُقوفَ الماءِ يُفسِدُهُ

“Sungguh aku melihat, diamnya air hanya akan merusaknya.”

Kalimat tersebut merupakan kalamul khobar (كلام للخبر - الحث على السعي و الجد), yang berisi motivasi untuk tidak menganggur. Maknanya, orang yang menganggur ibarat tanah yang di genangi air yang lama kelamaan akan terkikis atau rusak.

Kalimat tersebut juga terdapat thalabi yang terdapat pada kata إِنّي, kata tersebut memberikan penekanan suapa orang yang mendengarnya percaya.

·         وَالأُسدُ لَولا فِراقُ الأَرضِ مااِفتَرَسَت

“sekawanan singa, andai tidak meninggalkan sarangnya, tidak akan terlatih lagi kebuasannya.”

Kalimat tersebut merupakan at-tamanii yang ditandai dengan adanya huruf لَو. Yaitu, suatu pengharapan yang tidak mungkin terjadi. Maksudnya, kodrat seorang singa adalah pemangsa, maka tidak mungkin ia mendapatkan buruannya jika hanya diam di sarangnya.

·         وَالسَهمُ لَولا فِراقُ القَوسِ لَم يُصِبِ

“Dan anak panah andai tidak melesat meninggalkan busurnya, maka jangan pernah bermimpi akan mengenai sasaran.”

Kalimat tersebut merupakan at-tamanii yang ditandai dengan adanya huruf لَو. Yaitu, suatu pengharapan yang tidak mungkin terjadi. Maksudnya, fungsi anak panah adalah untuk mengenai sasaran, maka jelas anak panah itu harus melesat dari busurnya jika ingin mengenai sasaran.

·         وَالشَمسُ لَو وَقَفَت في الفُلكِ دائِمَةً

“Dan sang surya, andai selalu terpaku di ufuk,”

Kalimat tersebut merupakan at-tamanii yang ditandai dengan adanya huruf لَو. Yaitu, suatu pengharapan yang tidak mungkin terjadi. Maksudnya, sudah ketentuan dari sang pencipta matahari akan selalu terbit dan tenggelam.

·         وَالتِبرُ كَالتُربِ مُلقىً في أَماكِنِهِ

"Dan bijih emas yang terkubur di bebatuan, bagaikan sebongkah batu tak bernilai, yang terbengkalai di tempat asalnya."

Kalimat tersebut merupakan at-tasybih.

at-tasybih dalam kalimat tersebut terdiri dari empat unsur sebagai berikut:

التِبرُ              : المشبه 

كَ                 : اداة التشبيه

التُربِ مُلقىً      : المشبه به  

في أَماكِنِهِ        : وجه الشبه 

Sosiologi Sastra

Berdasarkan pendekatan sosiologi sastra menurut Ian Watt dalam Literature and Society membicarakan tentang hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat, yang secara keseluruhan dapat dilihat sebagai berikut:

1.       Konteks sosial pengarang

Imam Syafi`i adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i. Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad. Saat usia 13 tahun, Imam Syafi'i dikirim ibunya untuk pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-murid Imam Hanafi di sana. Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid.

Dari sini, kita dapat melihat bagaimana kehidupan sosial Imam Syafi`i. Beliau mendapatkan latar belakang pendidikan yang islami, dilihat dari keturunan dan juga tempat beliau menuntut ilmu. Sehingga karya puisi yang dihasillkan pun berlandaskan ajaran agama. Dalam puisi ini, mengandung seruan untuk keluar atau berpergian untuk menuntut ilmu.

2.       Sosiologi sebagai cermin masyarakat

Menurut Ian Watt, karya sastra dapat dan juga tidak menggambarkan masyarakat secara teliti. Tetapi barangkali masih dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mengetahui keadaan masyarakat. Akan tetapi, pandangan sosial pengarang harus diperhitungkan apabila kita menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat. Melihat dari puisi tersebut Imam Syafi`I menyampaikan pesan untuk keluar dari zona nyaman untuk menuntut ilmu. Dari sini kita mendapatkan gambaran bahwa pada saat itu banya orang yang hanya diam di lingkungannya. Sehingga menyebabkan orang-orang tersebut tidak berkembang.

3.       Fungsi Sosial Sastra

Dalam bahasan ini, tercakup juga pendirian bahwa sastra harus berfungsi sebagai pembaru dan perombak keadaan masyarakat yang dianggap tidak sesuai lagi dengan zaman atau bertentangan dengan norma-norma sosial. Dari sudut lain dikatakan pula bahwa sastra bertugas sebagai penghibur belaka. Dalam hal ini “seni untuk seni”. Namun, semacam kompromi agar dapat dicapai dengan meminjam slogan klasik, salah satu fungsi karya sastra adalah dulce et utile bahwa sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.

Melihat dari syair diatas, karya sastra ini berfungsi sebagai ajakan untuk memulai perubahan kea rah yang lebih baik di kalangan masyarakat. Namun, disampaikan melalui sebuah syair, sebagaiman dijelaskan pada paragraph sebelumnya, sastra mengajarkan dengan cara menghibur. Jadi puisi diatas dijadikan sebagai alat dakwah atau syiar oleh Imam Syafi`I untuk membuat perubahan di masyarakat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama