ما في المَقامِ لِذي عَقلٍ وَذي أَدَبِ
مِن راحَةٍ فَدَعِ الأَوطانَ وَاِغتَرِبِ |
ما في المَقامِ لِذي عَقلٍ وَذي أَدَبِ |
1. |
|
|
|
وَاِنصَب فَإِنَّ لَذيذَ العَيشِ في النَصَبِ |
سافِر تَجِد عِوَضاً عَمَّن تُفارِقُهُ |
2. |
|
|
|
إن ساحَ طابَ وَإِن لَم يَجرِ لَم يَطِبِ |
إِنّي رَأَيتُ وُقوفَ الماءِ يُفسِدُهُ |
3. |
|
|
|
وَالسَهمُ لَولا فِراقُ القَوسِ لَم يُصِبِ |
وَالأُسدُ لَولا فِراقُ الأَرضِ مااِفتَرَسَت |
4. |
|
|
|
لمَلَّها الناسُ مِن عُجمٍ وَمِن عَرَبِ |
وَالشَمسُ لَو وَقَفَت في الفُلكِ دائِمَةً |
5. |
|
|
|
وَالعودُ في أَرضِهِ نَوعٌ مِنَ الحَطَبِ |
وَالتِبرُ كَالتُربِ مُلقىً في أَماكِنِهِ |
6. |
|
|
|
وَإِن تَغَرَّبَ ذاكَ عَزَّ كَالذَهَبِ |
فَإِن تَغَرَّبَ هَذا عَزَّ مَطلَبُهُ |
7. |
|
|
|
1. “Berdiam diri saja di tempat mukim, sejatinya
bukanlah peristirahatan bagi mereka pemilik akal dan adab, maka tinggalkan
negerimu dan merantaulah (demi menuntut ilmu dan kemuliaan).”
2. “Berkelanalah, niscaya kan kau temukan pengganti
orang-orang yang kau tinggalkan. Bersungguh-sungguh lah dalam usaha dan upaya,
karena sesungguhnya kelezatan hidup itu ada pada kesungguhan dalam usaha dan
upaya.”
3. “Sungguh aku melihat, diamnya air hanya akan
merusaknya. Jika saja air tersebut mengalir, tentu ia akan terasa lezat
menyegarkan. Berbeda jika ia tidak mengalir.”
4. “Dan sekawanan singa, andai tidak meninggalkan
sarangnya, tidak akan terlatih lagi kebuasannya. Dan anak panah andai tidak
melesat meninggalkan busurnya, maka jangan pernah bermimpi akan mengenai
sasaran.”
5. “Dan sang surya, andai selalu
terpaku di ufuk, niscaya manusia akan mencelanya, baik bangsa arab, dan selain
mereka.”
6. “Dan bijih emas yang terkubur di
bebatuan, hanyalah sebongkah batu tak bernilai, yang terbengkalai di tempat
asalnya. Demikian halnya dengan gaharu di belantara hutan, hanya sebatang kayu,
sama seperti kayu biasa lainnya.”
7. “Andai saja gaharu tersebut keluar
dari belantara hutan, ia adalah parfum yang bernilai tinggi. Dan andaikata
bijih itu keluar dari tempatnya, ia akan menjadi emas yang sangat berharga.”
Foto oleh Roxanne Shewchuk dari Pexels
Analisis Unsur Balaghah
·
ما في المَقامِ
لِذي عَقلٍ وَذي أَدَبِ مِن راحَةٍ
“Tidak ada tempat istirahat bagi
orang yang memiliki akal dan adab”
Kalimat
tersebut merupakan kalamul khobar (كلام للخبر -
الحث على السعي و الجد), yang berisi motivasi
untuk bersungguh-sungguh. Maksudnya, memotivasi orang-orang terpelajar untuk
tidak bersantai-santai.
·
فَدَعِ الأَوطانَ وَاِغتَرِبِ
“tinggalkan
negerimu dan merantaulah”
Kalimat
tersebut merupakan kalamul insyaa - fi`il amr (كلام الإنشاء -
فعل الأمر - الإرشاد), yang berisi kata
perintah yang memberikan petunjuk. Yaitu, menunjukan kepada orang-orang tadi
untuk meninggalkan negerinya dan merantau.
·
سافِر تَجِد عِوَضاً عَمَّن تُفارِقُهُ
“pergilah,
niscaya kau temukan pengganti orang-orang yang kau tinggalkan.”
Kalimat
tersebut merupakan kalamul insyaa - fi`il amr (كلام الإنشاء -
فعل الأمر - الإرشاد), yang berisi kata
perintah yang memberikan petunjuk. Yaitu, menunjukan kepada orang-orang tadi
untuk merantau untuk bisa mendapat teman baru dan jangan takut meninggalkan
teman sebelumnya.
·
فَإِنَّ لَذيذَ العَيشِ في النَصَبِ
“sesungguhnya
kelezatan hidup itu ada pada kesungguhan”
Kalimat
tersebut merupakan kalamul khobar (كلام للخبر -
الحث على السعي و الجد), yang berisi motivasi
untuk bersungguh-sungguh. Yaitu, kenikmatan itu hanya dapat diraih dengan
kesungguh-sungguhan.
·
إِنّي رَأَيتُ وُقوفَ الماءِ يُفسِدُهُ
“Sungguh aku
melihat, diamnya air hanya akan merusaknya.”
Kalimat
tersebut merupakan kalamul khobar (كلام للخبر -
الحث على السعي و الجد), yang berisi motivasi
untuk tidak menganggur. Maknanya, orang yang menganggur ibarat tanah yang di
genangi air yang lama kelamaan akan terkikis atau rusak.
Kalimat
tersebut juga terdapat thalabi yang
terdapat pada kata إِنّي, kata
tersebut memberikan penekanan suapa orang yang mendengarnya percaya.
·
وَالأُسدُ لَولا فِراقُ الأَرضِ مااِفتَرَسَت
“sekawanan
singa, andai tidak meninggalkan sarangnya, tidak akan terlatih lagi
kebuasannya.”
Kalimat tersebut
merupakan at-tamanii yang ditandai dengan adanya huruf لَو. Yaitu, suatu
pengharapan yang tidak mungkin terjadi. Maksudnya, kodrat seorang singa adalah
pemangsa, maka tidak mungkin ia mendapatkan buruannya jika hanya diam di
sarangnya.
·
وَالسَهمُ لَولا فِراقُ القَوسِ لَم يُصِبِ
“Dan anak panah
andai tidak melesat meninggalkan busurnya, maka jangan pernah bermimpi akan
mengenai sasaran.”
Kalimat tersebut merupakan at-tamanii yang ditandai dengan adanya huruf لَو. Yaitu, suatu pengharapan yang tidak mungkin terjadi. Maksudnya, fungsi anak panah adalah untuk mengenai sasaran, maka jelas anak panah itu harus melesat dari busurnya jika ingin mengenai sasaran.
·
وَالشَمسُ لَو وَقَفَت في الفُلكِ دائِمَةً
“Dan sang
surya, andai selalu terpaku di ufuk,”
Kalimat tersebut
merupakan at-tamanii yang ditandai dengan adanya huruf لَو. Yaitu, suatu
pengharapan yang tidak mungkin terjadi. Maksudnya, sudah ketentuan dari sang
pencipta matahari akan selalu terbit dan tenggelam.
·
وَالتِبرُ كَالتُربِ مُلقىً في أَماكِنِهِ
"Dan
bijih emas yang terkubur di bebatuan, bagaikan sebongkah batu tak bernilai,
yang terbengkalai di tempat asalnya."
Kalimat tersebut merupakan at-tasybih.
at-tasybih dalam kalimat tersebut terdiri dari empat unsur
sebagai berikut:
التِبرُ :
المشبه
كَ :
اداة التشبيه
التُربِ مُلقىً :
المشبه به
في أَماكِنِهِ :
وجه الشبه
Sosiologi Sastra
Berdasarkan
pendekatan sosiologi sastra menurut Ian Watt dalam Literature and Society
membicarakan tentang hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan
masyarakat, yang secara keseluruhan dapat dilihat sebagai berikut:
1. Konteks sosial pengarang
Imam
Syafi`i adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i.
Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani
Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang
merupakan kakek Muhammad. Saat usia 13 tahun, Imam Syafi'i dikirim ibunya untuk
pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, Imam Malik. Dua
tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-murid Imam
Hanafi di sana. Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i.
Yang pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid.
Dari
sini, kita dapat melihat bagaimana kehidupan sosial Imam Syafi`i. Beliau
mendapatkan latar belakang pendidikan yang islami, dilihat dari keturunan dan
juga tempat beliau menuntut ilmu. Sehingga karya puisi yang dihasillkan pun
berlandaskan ajaran agama. Dalam puisi ini, mengandung seruan untuk keluar atau
berpergian untuk menuntut ilmu.
2. Sosiologi sebagai cermin masyarakat
Menurut
Ian Watt, karya sastra dapat dan juga tidak menggambarkan masyarakat secara
teliti. Tetapi barangkali masih dapat dipergunakan sebagai bahan untuk
mengetahui keadaan masyarakat. Akan tetapi, pandangan sosial pengarang harus
diperhitungkan apabila kita menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat. Melihat
dari puisi tersebut Imam Syafi`I menyampaikan pesan untuk keluar dari zona
nyaman untuk menuntut ilmu. Dari sini kita mendapatkan gambaran bahwa pada saat
itu banya orang yang hanya diam di lingkungannya. Sehingga menyebabkan
orang-orang tersebut tidak berkembang.
3. Fungsi Sosial Sastra
Dalam
bahasan ini, tercakup juga pendirian bahwa sastra harus berfungsi sebagai
pembaru dan perombak keadaan masyarakat yang dianggap tidak sesuai lagi dengan
zaman atau bertentangan dengan norma-norma sosial. Dari sudut lain dikatakan
pula bahwa sastra bertugas sebagai penghibur belaka. Dalam hal ini “seni untuk
seni”. Namun, semacam kompromi agar dapat dicapai dengan meminjam slogan
klasik, salah satu fungsi karya sastra adalah dulce et utile bahwa sastra harus
mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.
Melihat
dari syair diatas, karya sastra ini berfungsi sebagai ajakan untuk memulai
perubahan kea rah yang lebih baik di kalangan masyarakat. Namun, disampaikan
melalui sebuah syair, sebagaiman dijelaskan pada paragraph sebelumnya, sastra
mengajarkan dengan cara menghibur. Jadi puisi diatas dijadikan sebagai alat
dakwah atau syiar oleh Imam Syafi`I untuk membuat perubahan di masyarakat.